Selasa, 23 Oktober 2012

Modul II : Perancangan dan Pengukuran Kerja


Modul II : Perancangan dan Pengukuran Kerja

 

Kompetensi Pokok Bahasan :

  •   Mampu melakukan pengukuran kerja,                prosedur pengukuran kerja dengan beberapa   metode pengukuran kerja (Stop Watch dan sampling Kerja).
  •   Mampu melakukan evaluasi dan perbaikan metode kerja.
  • Mampu melaksanakan perancangan fasilitas dan alat kerja

              ANALISIS PERANCANGAN  KERJA
                     (METHOD ENGINEERING)

Tujuan dari method engineering adalah melakukan perbaikan metode kerja disetiap bagian untuk meningkatkan fleksibilitas sistem kerja, kepuasan pelanggan dan meningkatkan produktivitas kerja.

STUDI KERJA (WORK STUDY)

Perbaikan proses, prosedur dan tata cara pelaksanaan penyelesaian pekerjaan.
Perbaikan dan penghematan penggunaan material, mesin/fasilitas kerja serta tenaga kerja.
Perbaikan tata ruang kerja yang mampu memberikan suasana kerja/lingkungan kerja yang lebih aman dan nyaman.
Pendayagunaan usaha manusia dan pengurangan gerakan-gerakan (motion) kerja yang tidak perlu ataupun penyederhanaan kerja (work simplification).

Tujuan penyederhanaan kerja :  Mencari cara kerja yang terbaik (lebih mudah, lebih cepat, efisien, efektif, dan menghindari pemborosan material, waktu, tenaga dll).

Lima langkah penyederhanaan kerja :

  1. Memilih kegiatan kerja : yaitu kegiatan yang tdk efisien atau kegiatan yang  penyelesaiannya lambat dan ingin diperbaiki.
  2. Pengumpulan dan pencatatan data / fakta Yang berkaitan dengan metode kerja yang selama ini dilaksanakan : informasi yang berkaitan dg urutan kegiatan, gerakan-gerakan kerja, layout dll.
  3. Analisa terhadap langkah-langkah kerja. Langkah2 yg tdk efisien dicari sebab-sebabnya.
  4. Usulan altrnatif metode kerja yang lebih baik Diusulkan MK yg dianggap efisien dan efektif, sebelum usulan diputuskan terlebih dahulu di uji coba.
  5. Aplikasi dan evaluasi metode kerja baru.

      Mengaplikasikan alternatif MK yang lebih baik untuk menggantikan metode yang lama, evaluasi.



                             
PETA PETA KERJA
                   PETA PROSES (PROCESS CHART)

Pendekatan tradisional yang digunakan untuk menganalisis metode kerja.
Merupakan alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis dari tahap awal sampai akhir.
Lambang yang digunakan :


                         =  Operasi

                         
=  Transportasi
 
                          =  Pemeriksaan

                          =  Penyimpanan

        
                         =  Menunggu
MACAM PETA KERJA

Peta Proses Operasi

  •   Peta Proses Operasi
  •   Diagram Aliran
  •   Peta Pekerja dan Mesin
  •   Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan

 Peta Proses Operasi

Diagram yang menggambarkan langkah-langkah proses yang akan dialami bahan baku mengenai urut-urutan operasi dan pemeriksaan.

      Kegunan peta aliran proses

  1. Mengetahui aliran bahan mulai masuk proses sampai aktivitas   berakhir.
  2. Mengetahui jumlah kegiatan yang dialami bahan selama proses berlangsung.
  3. Sebagai alat untuk melakukan perbaikan proses atau metode kerja
  4. Memberikan informasi waktu penyelesaian suatu proses.
  5. Peta aliran proses memperlihatkan semua aktivitas-aktivitas dasar termasuk transportasi, menunggu dan penyimpanan. Sedangkan peta proses operasi terbatas pada operasi dan pemeriksaan saja.
  6. Peta aliran proses menganalisa setiap komponen yang diproses secara lebih lengkap dibandingkan peta proses operasi.
  7. Peta aliran proses tidak bisa digunakan untuk menggambarkan proses perakitan secara keseluruhan.
  8. Peta aliran proses hanya menggambarkan dan digunakan untuk menganalisa salah satu komponen dari produk yang dirakit.

PENGUKURAN KERJA
(WORK MEASUREMENT)

  1. Suatu aktivitas untuk menentukan waktu rata-rata yang dibutuhkan oleh seorang operator (yg memiliki skill rata-rata dan terlatih) dalam melaksanakan kegiatan kerja dalam kondisi dan tempo kerja yang normal.
  2. Kriteria pengukuran kerja adalah pengukuran waktu (time study), yaitu waktu standar atau waktu baku.

  1.            Pengukuran waktu :
           Pengukuran waktu secara langsung :

          Pengukuran dengan stop watch

          Sampling kerja

  1. Pengukuran waktu secara tidak langsung

          Data waktu baku

          Data waktu gerakan, dll.

 

  

  • PENGUJIAN DATA
    Uji kecukupan data.

    Untuk memastikan bahwa data yang telah dikumpulkantelah cukup secara obyektif. Pengujian kecukupan data dilakukan dengan berpedoman pada konsep statistik, yaitu derajat ketelitian dan tingkat keyakinan/ kepercayaan. Derajat ketelitian dan tingkat keyakinan adalah mencerminkan tingkat kepastian yang diinginkan oleh pengukur setelah memutuskan tidak akan melakukan pengukuran dalam jumlah yang banyak (populasi).

          Derajat ketelitian (degree of accuracy)

                Menunjukkan penyimpangan maksimum hasil pengukuran dari waktu penyelesaian sebenarnya.

          Tingkat keyakinan (convidence level)

                Menunjukkan besarnya keyakinan pengukur akan ketelitian data waktu yang telah diamati dan dikumpulkan.

         Uji kecukupan data digunakan rumus sbb. :

N’ =

 

 

Dengan :

k              = Tingkat keyakinan

k              = 99% = 3

k              = 95% = 2

s              = Derajat ketelitian

N             = Jumlah data pengamatan

N’           = Jumlah data teoritis

Contoh :

Suatu pengukuran elemen kerja dilakukan sebanyak 15 kali dengan menggunakan stop watch. Bila tingkat keyakinan 95% dan derajat ketelitian 10%, apakah jumlah pengamatan cukup?

Pengamatan (menit)
Pengamatan ke
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Data Pengamt.
8
7
7
6
8
6
9
8
9
6
8
5
5
9
6

 

SX          = 107

(SX)2 = 11449

SX2        = 791

k              = 95% = 2

s              = 10%

N’  =                                                  

 

 

 

Karena N’ < N , maka data dianggap cukup.

Uji Keseragaman data


Untuk memastikan bahwa data yang terkumpul berasal dari system yang sama dan untuk memisahkan data yang memiliki karakteristik yang berbeda.
    BKA    =  X + k
s
    BKB    =  X  - ks


   
s         =            

 

Dengan :
                BKA        = Batas Kontrol Atas
                BKB        = Batas Kontrol Bawah
                  X           = Nilai Rata-rata
                 
s           = Standar Deviasi
                  k            = Tingkat Keyakinan

Contoh:
Suatu pengukuran elemen kerja dilakukan sebanyak 15 kali dengan menggunakan stop watch, jika batas kontrol ± 3. Tentukan apakah data seragam atau tidak.

Contoh:
Suatu pengukuran elemen kerja dilakukan sebanyak 15 kali dengan menggunakan stop watch, jika batas kontrol ± 3. Tentukan apakah data seragam atau tidak.
Pengamatan (menit)
Pengamatan ke
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Data Pengamt.
8
7
7
6
8
6
9
8
9
6
8
5
5
9
6

X                             = 7,13          

S (X – X)2            = 27,73 

s                             = 1,4

BKA                        = 7,13 + 3 (1,4) = 11,33

BKB                        = 7,13 – 3 (1,4) = 2,93   

    

Semua data masuk dalam range antara BKA dan BKB, maka data dikatakan seragam

                                                                 

Penyesuaian (Rating Factor)

          Sering terjadi bahwa operator dalam melakukan pekerjaannya tdk selamanya bekerja dlm kondisi wajar, ketidakwajaran dapat terjadi misalanya tanpa kesungguhan, sangat cepat seolah-olah diburu waktu, atau karena terjadi kesulitan-kesulitan sehingga menjadi lamban dalam bekerja.

             Bila terjadi demikian maka pengukur harus mengetahui dan menilai seberapa jauh ketidakwajaran tersebut dan pengukur harus menormalkannya dengan melakukan penyesuaian.

             Penyesuaian dapat dilakukan dengan mengalikan waktu siklus rata-rata dengan faktor penyesuaian (p).

           Tiga kondisi faktor penyesuaian yaitu :

   -  Bila operator bekerja diatas normal (terlalu cepat), maka harga p     nya lebih besar dari satu (p > 1).

   - Operator bekerja dibawah normal (terlalu lambat), maka harga p nya lebih kecil dari satu (p< 1).

   - Operator bekerja dengan wajar, maka harga p nya sama dengan satu (p =   1).

Metode-metode untuk menentukan penyesuaian

1.
The Westing House System
               
Sistem ini dikembangkan oleh Westing House Electric    Corporation dengan mempertimbangkan empat factor                 al : ketrampilan, usaha, kondisi dan konsistensi.
  
2.
Synthetic Rating
               
Dikembangkan oleh Morrow, Synthetic Rating meng-     evaluasi kecepatan operator dari nilai waktu gerakan                 yang sudah ditetapkan terlebih dahulu.

3. Speed Rating/Performance Rating
                Sistem ini mengevaluasi performansi dengan     mempertimbangkan tingkat ketrampilan persatuan        waktu saja.

4. Objective Rating
               
Dikembangkan oleh Munder dan Danner, Metode ini tdk             hanya menentukan kecepatan aktivitas, tetapi juga                 mempertimbangkan tingkat kesulitan pekerjaan. Faktor-             faktor yang mempengaruhi tingkat kesulitan pekerjaan           adalah : jumlah anggota badan yang digunakan, pedal    kaki, penggunaan kedua tangan, koordinasi mata dengan                 tangan, penanganan dan bobot.


Kelonggaran (Allowance)
Adalah faktor koreksi yang harus diberikan kepada waktu kerja operator, karena operator dalam melakukan pekerjaannya sering tergangu pada hal-hal yang tidak diinginkan namun bersifat alamiah, sehingga waktu penyelesaian menjadi lebih panjang (lama).

Kelonggaran dapat dibedakan menjadi tiga yaitu :

  1. Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi.
    Kegiatan yang termasuk kebutuhan pribadi : minum untuk menghilangkan rasa haus, pergi ke kamar kecil, bercakap-cakap dengan sesama pekerja, dll.
  2. Kelonggaran untuk menghilangkan kelelahan (fatigue). Rasa fatigue tercermin antara lain dari menurunnya hasil produksi, bila rasa fatique ini berlangsung terus maka akan terjadi fatigue total, yaitu anggota badan tdk dapat melakukan gerakan kerja sama sekali. Untuk mengurangi kelelahan si pekerja dapat mengatur kecepatan kerjanya sedemikian rupa sehingga lambatnya gerakan-gerakan kerja ditujukan untuk mengilangkan rasa fatigue tersebut.
  3. Kelonggaran untuk hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindari.
    Beberapa kelonggaran untuk hambatan tak terhindarkan :

Ø        Menerima atau meminta petunjuk pada pengawas.

Ø        Memperbaiki kemacetan-kemacetan singkat seperti mengganti alat potong    (komponen) yang patah, memasang kembali komponen yang lepas dll.  

Ø        Mengambil alat-alat khusus atau bahan-bahan khusus               dari gudang.

Ø       Mesin berhenti karena aliran listrik mati, dll.

 

Waktu Baku (Waktun Standar)

Setelah penentuan penyesuaian dan kelonggaran, maka untuk menghitung waktu baku dapat menggunakan formulasi sebagai  berikut :


WB = [  W siklus x RF ] x 

                     
 
           Waktu Normal

                 

Keterangan :
WB         = waktu baku
RF           = Penyesuaian (Rating Faktor/Performance
              Rating)
All           = Kelonggaran (Allowance)

 

Contoh
Suatu pekerjaan pengemasan barang dalam kotak kardus terdiri dari empat elemen kegiatan dengan setiap elemen kegiatan dilakukan 10 kali pengamatan seperti pada table berikut. Apabila kelonggaran adalah 15%  Tentukan waktu standar.


Elemen
Kegiatan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
SX
X
RF
WN
1
Mengambil Kotak Kardus
0,06
0,08
0,07
0,05
0,07
0,06
0,08
0,08
0,07
0,06
0,68
0,07
1,1
0,07
2
Memasukkan Barang
0,15
0,17
0,14
0,14
0,16
0,15
0,17
0,15
0,14
0,16
1,53
0,15
0,9
0,13
3
Menutup
Kotak Kardus
0,21
0,23
0,22
0,21
0,25
0,24
0,23
0,26
0,22
0,22
2,29
0,23
1,05
0,24
4
Meletakan Hasil
0,08
0,10
0,09
0,12
0,11
0,08
0,08
0,11
0,12
0,08
0,97
0,09
0,95
0,08
Waktu Normal   =   0,52 menit/unit
Waktu Baku      = 0,52 x

 

          Pengukuran Waktu dengan Sampling Kerja
Melakukan pengamatan dengan mengamati apakah tk dalam kondisi kerja atau menganggur.

          Pengamatan tidak dilakukan secara terus-menerus melainkan hanya sesaat pada waktu yang telah ditentukan secara acak/random.

          Melakukan kunjungan ke tk yang akan diukur waktunya secara acak, yaitu setiap kali kunjungan dengan selang waktu yang tidak sama dan didasarkan pada bilangan random yang dikonversi ke satuan waktu.

          Misal, kunjungan dilakukan sebanyak 100 kali dengan waktu pengamatan secara acak dan 90 kali pengamatan tk dalam kondisi kerja/sibuk, maka prosentase tk dalam kondisi sibuk adalah 90/100 = 0,9. Tk dalam kondisi idle/menganggur adalah 10/100 =0,1

          Pengujian Data
Kecukupan Data

     SP      =            

 

 

      N’     =

               

 

Dengan :

                S              = Derajat ketelitian

                p             = Prosentase sibuk/produktif

                k              = Tingkat keyakinan

                N’           = Ukuran sample/data

             Keseragaman Data

                     Batas kontrol untuk p

                         BKA     =            

                         BKB     =

                         Dengan pengertian sbb:

                         BKA     = Batas kontrol atas

                         BKB     = Batas kontrol bawah

                         p          = Prosentase sibuk/produktif

                         k           = Tingkat keyakinan

 

 

          Contoh :

                      Suatu pengamatan sampling kerja dilakukan selama 10 hari kerja dengan waktu pengamatan setiap hari kerja adalah 6 jam. Ukuran sample adalah 50 setiap hari, tingkat keyakinan 99% dan derajat ketelitian 5%. Tentukan kecukupan dan keseragaman data.

 

Tgl Pengamatan
1/1
2/1
3/1
4/1
5/1
6/1
7/1
8/1
9/1
10/1
Kondisi idle
5
6
8
10
7
3
4
5
6
4
Kondisi kerja
45
46
42
40
43
47
46
45
44
46
Prosentase idle
0,1
0,12
0,16
0,2
0,16
0,06
0,08
0,1
0,12
0,08
Prosentase kerja
0,9
0,88
0,84
0,8
0,86
0,94
0,92
0,9
0,88
0,92

 

Prosentase idle = 0,116,

prosentase kerja (p) = 1 –0,016 = 0,884

k              = 99% = 3                N          = 500

S              = 0,05                       n          = 50

N’           = 

Karena N’ < N, maka data dianggap cukup

BKA =   

 


BKB =     

Karena nilai prosentase kerja semuanya masuk dalam range BKA dan BKB, maka data seragam.

 

 

 

          Waktu Baku

    Penentuan waktu baku dengan sampling kerja dihitung dengan menggunakan rumus :

   

    Waktu Normal               = 

 

 

  Waktu Baku                      =                

   

 

Contoh :

Seorang pekerja kantor pos bekerja delapan jam sehari untuk melakukan penyortiran surat-surat. Dari pengamatan yang dilakukan ternyata 85% pekerja tersebut dalam kondisi bekerja dan 15% dalam kondisi menganggur. Apabila jumlah surat yang disortir sebanyak 2345 surat, maka tentukan waktu bakunya dengan asumsi rating factor adalah 115% dan kelonggaran 20%.

Waktu Normal (Wn)       =



Waktu Baku (Wb)            =



Output Standar                 =
               

Jadi, pekerja mampu mengerjakan penyortiran surat sebanyak 4 surat per menit.





 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar